Selasa, 13 Maret 2012

  AL QUDWAH

 Al-Qudwah atau yang disebut dengan kata Al-Uswah bermakna contoh atau teladan. Kalimat yang tidak asing di telinga kaum muslimin apalagi bagi para aktifis dakwah. Al-Qqudwah merupakan dharuriyyatul hayat (keniscayaan) bagi kehidupan alam semesta, sebelum menjadi dharuriyyatul-Islam dan dharuriyyatud-dakwah.
Setiap makhluk menirukan apa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Secara  zhahir hal ini bisa kita fahami sebagai buah keteladanan, di samping kita meyakini ada hidayah Allah bagi mereka. Anak kambing mengikuti induknya memakan rumput, anak kerbau ikut berkubang di dalam lumpur menirukan induknya, dst.
  Di dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat penting. Allah swt menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan bagi kaum muslimin.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” QS. Al Ahzab.
  Dalam beberapa hal Rasulullah saw mengharuskan umatnya untuk menirukan apa yang dilakukannya, antara lain:
وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
{ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي } رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
  Dari Malik Ibnu Al Huwairits ra berkata. Rasulullah saw bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” Al-Bukhari
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا -: أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: “خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ” رَوَاهُ أَحْمَدُ ومُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ
Dari Jabir bin Abdullah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Ambillah dariku manasik (haji) kalian.” Ahmad, Muslim, dan An Nasa’i
Dan banyak lagi dalil-dalil yang menegaskan bahwa keteladanan adalah bagian penting dari ajaran Islam.
  Dalam konteks berjamaah atau berorganisasi, keteladanan menjadi sangat penting lagi peranannya. Kekuatan berjamaah berada pada kerjasama harmonis imam dan makmum, kerjasama yang dibangun berdasarkan keteladanan.
  Shalat berjamaah bisa berjalan dengan baik ketika hubungan keteladanan itu berjalan dengan harmonis. Makmum dengan tulus mengikuti imamnya dan imam dengan penuh perhatian memimpin makmumnya menjalankan shalat.
  Rasulullah menegaskan kepada makmum untuk mengikuti contoh imamnya.
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُون   موطأ مالك – (ج 1 / ص 394)
”Sesungguhnya imam itu ditunjuk untuk diikuti, jika imam shalat dengan bediri maka shalatlah kamu dengan berdiri, dan jika imam ruku’ maka ruku’lah kamu, dan jika ia bangun maka bangunlah kamu, dan jika ia membaca ”Sami’allahu liman hamidah” maka bacalah: Rabbana walakalhamdu. Dan jika imam shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk semua.” Muwaththa’ Malik
  Demikian juga Rasulullah menegur imam yang tidak memahami keadaan riil makmumnya.
إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهُمُ الْكَبِيرَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِى عُمَرَ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ.
“Sesungguhnya di antara kalian ada yang menjauhkan (dari Islam), maka siapa saja yang mengimami (shalat) kaum muslimin hendaklah meringankan. Karena di sana ada orang tua, sakit dan yang punya hajat.” Muslim, dari Ibnu Abi Umar, dari Sufyan bin Uyainah
Ikhwah fillah rahimakumullah.
  Para dai adalah qudwah, terutama bagi orang-orang bertaqwa. Inilah doa dan harapan  Ibadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang) yang dijanjikan surga di akhirat kelak.
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Al Furqan.
  Ia perbaiki dirinya untuk bisa menjadi teladan bagi isteri dan anak-anaknya. Ia perbaiki keluarganya untuk dapat menjadi teladan bagi orang-orang bertaqwa di sekelilingnya.
Bukan sembarang keteladanan yang dicontohkan, tetapi teladan yang bisa diikuti orang-orang bertaqwa yang mengharapkan janji Allah, meyakini akhirat, dan banyak mengingat Allah.
Inilah fokus keteladanan yang sangat diharapkan di jalan dakwah. Keteladan untuk mengantarkan orang memperoleh janji Allah. Keteladanan untuk mendapatkan akhirat yang baik. Keteladanan untuk senantiasa mengingat Allah.
  Dari itulah Allah tegaskan keteladanan Rasulullah saw dengan sebutan USWATUN HASANAH, bukan sekedar uswah. Sebab jika keteladanan yang ditampilkan tidak bernilai kebaikan atau bahkan membuat orang jauh dari kebaikan, justru akan menjadi investasi dosa seperti dalam hadits Rasulullah saw.
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ صحيح مسلم – (ج 6 / ص 342)
“Barang siapa yang memulai kebaikan dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan di belakangnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang memulai keburukan dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya, dan dosa para pengamal sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” Muslim.
Ikhwah fillah rahimakumullah.
  Dari itulah para dai harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi, untuk mencontohkan apa yang menjadi kebaikan umat menggapai akhirat, dan menjauhkan diri dari semua sikap dan tindakan yang membuat umat tidak berharap kepada Allah, mengganggu iman mereka kepada negeri akhirat, dan mengurangi dzikir mereka kepada Allah.
  Inilah kewajiban mendasar para dai, mencontohkan gaya hidup untuk menggapai kebahagiaan akhirat, karena hal ini tidak bisa dicontohkan oleh siapapun selain para dai. Wanahnu du’atun qabla kulli sya’in (dan kita adalah para dai sebelum berpredikat apapun). Berbeda dengan tujuan dunia, siapapun bisa menjadi contoh tanpa harus menjadi dai.
  Materi tarbiyah kita tidak akan efektif merubah keadaan jika tidak diaktualkan dalam kehidupan keseharian. Dan aktualisasi materi-materi tarbiyah itu tidak akan efektif tanpa adanya keteladanan yang baik dari setiap kader dakwah di semua level sosial.
Allah swt menghadirkan sosok Nabi Ibrahim dan kaumnya dalam mengaktualkan nilai-nilai keimanan:
4. Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” QS. Al Mumtahanah
6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. QS. Al Mumtahanah
Allah swt mencela orang yang banyak berbicara tapi tidak menjadi amalan nyata:
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. QS. Ash Shaff
44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al Baqarah
Abu Utsman Al Hairi (seorang ulama zuhud) mengatakan:
فِعْلٌ مِنْ حَكِيْمٍ فِي ألْفِ رَجُلٍ أنْفَعُ مِنْ مَوْعِظَةِ ألْفِ رَجُلٍ فِي رَجُلٍ
”Satu contoh perbuatan dari seorang bijak untuk seribu orang lebih efektif dari pada nasehat seribu orang untuk satu orang”.
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Ada beberapa situasi yang kami perhatikan sangat membutuhkan keteladanan orang lain, yaitu:
  • Ketika hendak mengamalkan teori yang telah ia pelajari,
Betapa sulitnya mengerjakan shalat –meskipun telah mengetahuinya teorinya dengan baik- jika tidak ada contoh teladan nyata. Inilah tabiat semua ilmu amaliah, tidak cukup dengan kumpulan teori, tetapi lebih efektif dengan contoh teladan. Dan kita telah sepakat untuk meyakini dan mengatakan bahwa Islam adalah agama amal, tidak sekedar ilmu, dakwah ini adalah amal, bukan sekedar materi. Imam Hasan Al-Banna memberikan salah satu sub judul risalahnya:
هَلْ نَحْنُ قَوْمٌ عَمَلِيُّوْنَ ؟
Apakah kita kaum pengamal?
Betapa banyak materi tarbiyah yang dahulu hanya ada di white board, sekarang harus riil dalam kehidupan. Maka sangat dicari siapa yang bisa menjadi teladan rasmul bayan itu dalam kehidupan.
  • Ketika berada dalam kebimbangan
Ketika seseorang berada dalam kebimbangan ilmu yang dimiliki, jalan yang hendak di tempuh, sikap yang harus dilakukan, dst, sangat membutuhkan keteladanan dari orang lain yang dipercaya. Teladan dari orang yang dipercaya dapat merubah ilmu yang telah dimiliki sebelumnya. Alangkah bahayanya jika ia mendapatkan contoh yang salah dari orang yang dipercayainya.
  • Ketika berada dalam tekanan dan situasi yang tidak menyenangkan
Dalam situasi yang tidak menyenangkan seseorang sangat membutuhkan teman, terutama teladan. Al-Qur’an banyak sekali menerangkan hal ini. Ketika Rasulullah didustakan oleh kaumnya, Allah sampaikan bahwa para Rasul terdahulu juga didustakan.Ketika bersedih ditinggal wafat Khadijah dan Abu Thalib yang menjadi salah satu benteng dakwah, Rasulullah bersedih, hingga tahun itu disebut ’amul huzni (tahun duka), Allah kisahkan Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya.
Ketika kaum muslimin menghadapi serangan tentara ahzab (koalisi kafir-yahudi-musyrikin Arab), di musim dingin mencekam, stok makanan menipis. Situasi yang disikapi oleh sebagian orang dengan penyesalan ingin kembali ke padalaman Arab –tidak di Madinah-, situasi yang disesali dan dipertanyakan oleh kaum munafiq. Ketegangan suasana itu justru menjadi penguat dan penambah iman bagi para sahabat setelah menemukan keteladanan pada diri Rasulullah saw.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
22. dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
23. di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), QS. Al Ahzab
Dakwah hari ini adalah aktualisasi materi tarbiyah di masa lalu, pengalaman baru, sering berada di persimpangan, dan sering menjadi musuh bersama di medan juang..Wallahu a’lam.

Sabtu, 10 Maret 2012


IPNU Imbau Remaja Muslim Tak Ikut-ikutan Rayakan Hari Valentine

  Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mengimbau kepada masyarakat, khususnya kalangan pelajar dan remaja muslim agar tidak membesar-besarkan peringatan Valetine Day, dengan tidak merayakannya dengan hal-hal yang mengarah pada nuansa negatif.
   “Apalagi peringatannya sampai bersifat hura-hura atau menjurus pesta-pesta yang berbau kebathilan,” ungkap Ketua Umum PP IPNU Idy Muzayyad, di Jakarta, Jumat (13/2) Dalam pengamatan IPNU, selama ini perayaan Valentine Day cenderung disalahartikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bertentanga dengan nilai-nilai etika masyarakat Indonesia. Pelajar dan remaja sering kali terjebak pada mitos hari Kasih Sayang itu, dan mewujudkan mitos itu dalam bentuk tindakan yang menyimpang, misalnya, pesta narkoba atau seks.
  “Daripada memperingati Valentine Day, mendingan siap-siap memperingati Maulid Nabi yang juga tidak lama lagi (9 Maret). Itu jelas bermanfaat, karena pelajar dan remaja harus mengenal keteladanan Rasulullah sebagai uswatun khasanah (suri tauladan yang baik),” tandas Idy.
  Para pelajar dan remaja juga diimbau, untuk memahami kesulitan orang tua sehingga jangan sampai memberatkan orang tua dengan menghamburkan uang untuk sesuatu yang mubazir berkenaan dengan Valentine Day.
  “Kalau soal kasih sayang, kan, diajarkan sepanjang jaman, setiap waktu. Mengapa harus terjebak hanya pada 14 Februari? Ini, kan, pembelokan nilai kemanusiaan,” tandasnya.(novel/eramslm)

Jumat, 09 Maret 2012

KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DAN AL QURAN
  
  Al Quran merupakan petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada Rasullullah SAW sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia, mengapa disebut sebagai petunjuk? sejatinya Al Quran bukan hanya sekedar satra yang diartikan tidak dengan cara Tekstual, namun harus diartikan dengan cara yang Kontekstual dengan menggunakan pendekatan ilmiah sebagai jalan menemukan petunjuk bagi Manusia dalam menjalankan hukum-hukum yang telah ada dalam Al Quran.

   Al Quran itu sendiri merupakan suatu kebenaran yang bernilai mutlak, sedangkan Ilmu Pengetahuan Ilmiah bernilai relatif, yaitu bernilai benar atau salah. Alquran itu sendiri merupakan Rahmatan lil 'alamiin, mengapa demikian? karena semua yang ada di Alquran merupakan Ilmu Pengetahuan yang disajikan Allah SWT untuk dipelajari manusia untuk mengerti tentang ciptaan AllahSWT dan mengerti tentang kebesarannya. Maka dari itu Al Quran merupakan Ilmu Pengetahuan yang harus dimengerti manusia khusunya Orang-orang yang beriman, karena dengan kita mempelajari Al Quran maka kita dapat menciptakan peradaban Islam yang maju serta lebih dari itu.
   Penggunaan akal dalam mentafsirkan Al Quran sebelumnya telah dilakukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab, beliau melakukan Ijtihad-Ijtihad yang begitu kontroversial dalam penerapannya, seperti tentang harta rampasan perang, hukum potong tangan, dll. Tetapi yang terjadi pada masyarakat Muslim saat ini adalah mereka tidak mau menjadikan Ilmu Pengetahuan sebagai pemecahan masalah terhadap tafsiran dari Ayat- Ayat Allah, bukankah hal ini merupakan problematika yang serius sehingga banyak di antara saudara muslim kita mengartikan Al Quran secara tekstual? bagaimana kita dapat memajukan Islam jika kita masih menggunakan tasir yang tekstual? 
    Memang Kapasitas Ilmu Pengetahuan dalam mentafsirkan Al Quran memiliki nilai Benar atau Salah, sedangkan nilai kebenaran Al Quran bersifat Mutlak, namun jika kita tidak menggunakan pendekatan Ilmiah dalam mentafsirkan ayat-ayat Allah maka yang terjadi adalah kesalahan penyampaian ifnormasi yang diberikan Allah kepada hambanya, Jika Ilmu Pengetahuan Ilmiah tidak sejalan dengan Al Quran maka Ilmu pengetahuanlah yang salah, karena data-data yang dimilki manusia tidak akan sebanding dengan Ilmu yang dimiliki Allah SWT. Allah telah menegaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Allah sangatlah luas dan Allah telah memberi Analogi bahwa 7 lautan sekalipun uang dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu Allah tidak akan cukup untuk menuliskannya.
    Di dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, penciptaan manusia, serta hal hal lain yang masih banyak mengandung Ilmu Pengetahuan yang dapat dieksplorasi oleh manusia, karena sejatinya Al Quran merupakan petunjuk dalam kehidupan dunia maupun Akhirat, Ilmu Pengetahuan merupakan sarana yang logis dalam mentafsirkan Ayat-ayat allah secara Objektif. Ada 5 hal mengapa Ilmu Pengetahuan dipandang logis dalam mentafsirkan Ayat-Ayat Allah yaitu :
  1. Ilmu Pengetahuan memiliki nilai kebenaran yang Valid jika dibandingkan dengan pendekatan non ilmiah
  2. Tingkat pemahaman seseorang dalam mengerti Ilmu Pengetahuan tergantung dari informasi yang dimilikinya sendiri.
  3. Wahyu Allah merupakan Pengetahuan baik secara material maupun imaterial yang dapat diterapkan di segala hal, baik dalam hal politik, dakwah dll.
  4. Sebagian besar Ayat-ayat Al Quran merupakan hal yang umum, sehingga perlu ditafsirkan secara kontekstual.
  5. Informasi yang turun dari Allah tidak menggunakan tidak menggunakan sistematika Ilmiah, melankan dengan faktor kebahasaan. Sehingga jika diartikan secara kebahasaan akan banyak yang salah mentafsirkan.
    Ilmu Pengetahuan dalam mentafsirkan ayat-ayat Allah SWT tentulah memiliki sistematika ilmiah dalam pendekatannya, sehingga dalam penggunaan Ilmu Pengetahuan haruslah disesuaikan antara ayat-ayat Allah SWT dengan Ilmu Pengetahuan yang terkait, sehingga memiliki keterkaitan antara objek yang hendak ditelti dengan referensi yang digunakan.

ISLAM DAN KEBUDAYAAN JAWA
   
Salah satu “keunikan” Islam di Jawa yang masih menjadi tanda tanya besar hingga kini adalah mengapa ‘Islam Jawa’ sangat toleran terhadap kebudayaan dan adat istiadat pra-Islam yang sesungguhnya mengandung banyak syirik dan khurafat. Ada yang menyatakan hal ini, pemanfaatan budaya lokal, merupakan bagian dari strategi Walisanga untuk mendakwahkan Islam sehingga lebih mudah diterima, ada yang menyatakan hal tersebut disebabkan dakwah Walisanga yang belum selesai, dan ada pula yang mengemukakan pandangannya jika diterimanya Islam oleh para penguasa Jawa karena pilihan yang sulit ketika itu menghadapi Portugis dan kaum imperialis Barat lainnya yang membawa salib dan pedang.

   Sejarawan Belanda, Bernard H. M. Vlekke dalam “Nusantara: A History of Indonesia” (1961)4 mengemukakan hal yang menarik tentang mengapa orang Jawa berbondong bondong masuk Islam, tapi pada saat yang bersamaan memiliki pemahaman dan praktik keagamaan yang bersahabat dengan tradisi lokal (Sinkretis). Dalam kata pengantarnya, Luthfi Assyaukanie menulis: Para raja Jawa, menurut Vlekke, memilih Islam bukan karena mereka suka dengan agama itu, tapi karena situasi politik mendorong mereka untuk bertindak demikian. Pada abad ke-16 M, para pelaut Portugis mulai menjejakkan kakinya di pantai-pantai Jawa. Para raja Jawa dihadapkan pilihan sulit antara memilih bersekutu dengan Portugis atau bekerjasama dengan Johor dan Demak, yang berarti harus memilih antara Kristen dan Islam. Melihat perilaku Portugis dan catatan kecurangan-kecurangan mereka, raja-raja Jawa kemudian memilih Islam. Agaknya bukan hanya rasa kedekatan budaya dan sejarah masa silam yang membuat mereka lebih menerima bersekutu dengan kerajaan-kerajaan Islam, tapi juga karena agama ini memberikan fleksibilitas yang tinggi ketimbang Kristen. Jika mereka masuk agama Kristen, bukan hanya mereka harus tunduk pada kekuasaan Portugis, tapi juga harus mengganti tradisi mereka dengan budaya baru yang dibawa oleh orang-orang kulit putih itu.

   Bisa jadi, semua alasan di atas benar. Hanya saja, teramat sulit menerima dengan akal sehat—bahkan mustahil—jika dikatakan Walisanga mendiamkan pratik-praktik lokal yang penuh dengan khurafat dan kemusyrikan, karena Walisanga berasal dari luar Jawa dan sangat paham dengan ilmu-ilmu agama dan segala larangannya. Menjadi pekerjaan rumah pada ulama dan pemuda Islam yang lurus saat inilah sekarang untuk meluruskan upacara-upacara penuh kemusyrikan seperti tradisi Sekaten, Mauludan, dan sebagainya agar kembali pada nilai nilai Islam yang bersih dan lurus, bukan malah memelihara kesesatan tersebut dan tanpa ilmu menyatakan Islam agama yang penuh toleransi. Karena Rasulullah SAW tidak pernah bersikap toleran pada kemusyrikan.

WEIZZMAN DAN DEKLARASI BALFOUR (PENYERAHAN PALESTINA)

  Chaim Azriel Weizmann lahir pada tahun 1874. Dia merupakan seorang pakar kimia yang menjadi Presiden Organisasi Zionis Dunia dan Presiden Israel pertama yang terpilih pada pertengahan Mei 1948. Orang ini juga mendirikan institut riset Israel yang akhirnya menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Weizmann.

 Setelah mempelajari biokimia di Swiss dan Jerman, Weizmann hijrah ke Inggris pada tahun 1905 dan dipercaya sebagai Juru Bicara Zionis Eropa. Dalam perang dunia pertama, Jerman selangkah lebih maju dalam teknologi persenjataan ketimbang pihak Sekutu. Namun berkat penemuan Weizmann, yang berhasil mensintesakan aseton melalui proses fermentasi, yang diperlukan dalam menghasilkan cordite, bahan pembakar yang berguna bagi katalisator amunisi, Inggris berhasil mensejajarkan diri dengan Jerman.

  Banyak kalangan menyatakan, tanpa penemuan Weizmann, Inggris akan menderita kekalahan dalam perang dunia pertama. Sebab itulah, sosok Weizmann sangat dihormati kalangan elit Inggris dan menjadi warga kehormatan. Sejak itu lobi Weizmann menjadi sangat kuat di Inggris.

  Permintaan Weizmann
  Usai perang dunia pertama, PM Inggris David Lloyd-George secara khusus mengundang Weizmann. George memberi Weizmann sejumlah uang dan berjanji bahwa Inggris akan memberikan apa saja permintaan Weizmann.Pucuk dicinta ulam tiba. Sebagai salah seorang tokoh gerakan Zionis tentu saja ini kesempatan terbaik bagi dirinya untuk meminta tanah air bagi bangsa Yahudi yang saat itu masih tersebar di banyak negara
dan benua. Weizmann menjawab,
“Tuan, hanya satu yang saya
inginkan… Hal itu adalah ‘rumah’
bagi saudara-saudara saya…”

  Permintaan khusus Weizmann menjadi perhatian utama Kabinet Inggris. Menteri Luar Negeri Balfour setengah tidak percaya dengan apa yang diminta Weizmann. Dengan tertegun, Balfour bertanya kembali kepada Weizmann, seolah ingin mendengar lewat telinganya sendiri, “Tuan Weizmann, mengapa harus Palestina?” lalu weizzman menjawab “Tuan Balfour, jika pun saya menginginkan Paris atau London apakah akan Anda berikan?” Balfour mengangguk, “Mengapa tidak?” Weizmann tersenyum. “Saya percaya Tuan Balfour. Namun sayang, kami telah memiliki Yerusalem, jauh ketika London
masih berupa rawa-rawa.”

  Balfour terdiam. Dia sangat paham bahwa permintaan Weizmann tersebut sangat dilematis. Di satu pihak Inggris sangat berterima kasih kepada Weizmann dan juga tokoh-tokoh Yahudi Internasional, namun jika permintaan itu dituruti maka Dunia Arab akan memusuhi Inggris. Sebab itulah, draft Deklarasi Balfour yang keluar pada tanggal 2 November 1917 ditulis dengan sangat hati-hati dan tidak secara eksplisit mencantumkan kata “tanah air”. Namun demikian, pihak Zionis tetap saja menerjemahkan deklarasi ini sebagai surat sakti untuk menjajah Tanah Palestina yang saat itu memang dikuasai Inggris.

  Deklarasi Balfour dianggap sebagai mandat Inggris kepada gerakan Zionis Internasional untuk mendirikan sebuah negara Israel di Palestina.Pada 1918, Weizmann diangkat sebagai ketua Komisi Zionis dan dikirim ke Palestina oleh pemerintah Inggris untuk menganjurkan pembangunan masa depan di negeri itu. Di sana, ia meletakkan batu pertama Universitas Ibrani.

  Pada tahun yang sama Weizmann bertemu di Aqaba dengan Emir Feisal, putra Syarif Husain dari Makkah, orang Arab yang telah bersekongkol dengan Perancis dan Inggris dalam memusuhi khilafah Turki Utsmani untuk merundingkan kemungkinan jangkauan kemungkinan pada
berdirinya negara Arab dan Yahudi yang ‘merdeka’.

  Segera setelah itu, Weizmann memimpin delegasi Zionis pada Konferensi Perdamaian di Versailles. Pada tahun 1920, dia menjadi pimpinan Organisasi Zionis Dunia (WZO) dan mengepalai Agen Yahudi yang berdiri pada tahun 1929.Di tahun 1930-an, Weizmann meletakkan dasar Institut Riset Daniel di Rehovot, yang kemudian menjadi Institut Weizmann, tenaga penggerak di belakang riset ilmiah Israel.

  Pada tahun 1937, ia membangun rumahnya di Rehovot. Chaim Weizmann kembali menjabat sebagai pemimpin WZO pada tahun 1935-1946. Selama tahun itu pada zaman PD II, ia menyumbang banyak usaha dalam pendirian angkatan bersenjata Israel.

   Setelah berakhirnya PD II dan konspirasi Barat yang kemudian membentuk “negara” Israel, pada 29 November 1947, Weizmann diangkat sebagai presiden pertama Israel, hingga meninggal dunia pada tahun 1952.