AL QUDWAH
Al-Qudwah atau yang disebut dengan kata Al-Uswah
bermakna contoh atau teladan. Kalimat yang tidak asing di telinga kaum
muslimin apalagi bagi para aktifis dakwah. Al-Qqudwah merupakan dharuriyyatul hayat (keniscayaan) bagi kehidupan alam semesta, sebelum menjadi dharuriyyatul-Islam dan dharuriyyatud-dakwah.
Setiap
makhluk menirukan apa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Secara
zhahir hal ini bisa kita fahami sebagai buah keteladanan, di samping
kita meyakini ada hidayah
Allah bagi mereka. Anak kambing mengikuti induknya memakan rumput, anak
kerbau ikut berkubang di dalam lumpur menirukan induknya, dst.
Di
dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat penting. Allah swt
menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan bagi kaum muslimin.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” QS. Al Ahzab.
Dalam beberapa hal Rasulullah saw mengharuskan umatnya untuk menirukan apa yang dilakukannya, antara lain:
وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
{ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي } رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Malik Ibnu Al Huwairits ra berkata. Rasulullah saw bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” Al-Bukhari
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا -: أَنَّ
النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: “خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ”
رَوَاهُ أَحْمَدُ ومُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ
Dari Jabir bin Abdullah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Ambillah dariku manasik (haji) kalian.” Ahmad, Muslim, dan An Nasa’i
Dan banyak lagi dalil-dalil yang menegaskan bahwa keteladanan adalah bagian penting dari ajaran Islam.
Dalam
konteks berjamaah atau berorganisasi, keteladanan menjadi sangat
penting lagi peranannya. Kekuatan berjamaah berada pada kerjasama
harmonis imam dan makmum, kerjasama yang dibangun berdasarkan
keteladanan.
Shalat berjamaah bisa berjalan dengan baik ketika
hubungan keteladanan itu berjalan dengan harmonis. Makmum dengan tulus
mengikuti imamnya dan imam dengan penuh perhatian memimpin makmumnya
menjalankan shalat.
Rasulullah menegaskan kepada makmum untuk mengikuti contoh imamnya.
إِنَّمَا
جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا
قِيَامًا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا
قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُون موطأ مالك – (ج 1
/ ص 394)
”Sesungguhnya imam itu ditunjuk untuk diikuti, jika
imam shalat dengan bediri maka shalatlah kamu dengan berdiri, dan jika
imam ruku’ maka ruku’lah kamu, dan jika ia bangun maka bangunlah kamu,
dan jika ia membaca ”Sami’allahu liman hamidah” maka bacalah: Rabbana
walakalhamdu. Dan jika imam shalat dengan duduk maka shalatlah kalian
dengan duduk semua.” Muwaththa’ Malik
Demikian juga Rasulullah menegur imam yang tidak memahami keadaan riil makmumnya.
إِنَّ
مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ
فِيهُمُ الْكَبِيرَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى
الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِى عُمَرَ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ.
“Sesungguhnya
di antara kalian ada yang menjauhkan (dari Islam), maka siapa saja yang
mengimami (shalat) kaum muslimin hendaklah meringankan. Karena di sana
ada orang tua, sakit dan yang punya hajat.” Muslim, dari Ibnu Abi Umar, dari Sufyan bin Uyainah
Ikhwah fillah rahimakumullah.
Para dai adalah qudwah, terutama bagi orang-orang bertaqwa. Inilah doa dan harapan Ibadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang) yang dijanjikan surga di akhirat kelak.
“Dan
orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Al Furqan.
Ia
perbaiki dirinya untuk bisa menjadi teladan bagi isteri dan
anak-anaknya. Ia perbaiki keluarganya untuk dapat menjadi teladan bagi
orang-orang bertaqwa di sekelilingnya.
Bukan sembarang keteladanan
yang dicontohkan, tetapi teladan yang bisa diikuti orang-orang bertaqwa
yang mengharapkan janji Allah, meyakini akhirat, dan banyak mengingat
Allah.
Inilah fokus keteladanan yang sangat diharapkan di jalan
dakwah. Keteladan untuk mengantarkan orang memperoleh janji Allah.
Keteladanan untuk mendapatkan akhirat yang baik. Keteladanan untuk
senantiasa mengingat Allah.
Dari itulah Allah tegaskan keteladanan
Rasulullah saw dengan sebutan USWATUN HASANAH, bukan sekedar uswah.
Sebab jika keteladanan yang ditampilkan tidak bernilai kebaikan atau
bahkan membuat orang jauh dari kebaikan, justru akan menjadi investasi
dosa seperti dalam hadits Rasulullah saw.
مَنْ سَنَّ فِى
الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ
سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا
وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ صحيح مسلم – (ج 6 / ص 342)
“Barang siapa
yang memulai kebaikan dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan
pahala orang-orang yang mengamalkan di belakangnya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang memulai keburukan dalam
Islam, maka ia mendapatkan dosanya, dan dosa para pengamal sesudahnya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” Muslim.
Ikhwah fillah rahimakumullah.
Dari
itulah para dai harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi, untuk
mencontohkan apa yang menjadi kebaikan umat menggapai akhirat, dan
menjauhkan diri dari semua sikap dan tindakan yang membuat umat tidak
berharap kepada Allah, mengganggu iman mereka kepada negeri akhirat, dan
mengurangi dzikir mereka kepada Allah.
Inilah kewajiban mendasar
para dai, mencontohkan gaya hidup untuk menggapai kebahagiaan akhirat,
karena hal ini tidak bisa dicontohkan oleh siapapun selain para dai. Wanahnu du’atun qabla kulli sya’in (dan kita adalah para dai sebelum berpredikat apapun). Berbeda dengan tujuan dunia, siapapun bisa menjadi contoh tanpa harus menjadi dai.
Materi
tarbiyah kita tidak akan efektif merubah keadaan jika tidak diaktualkan
dalam kehidupan keseharian. Dan aktualisasi materi-materi tarbiyah itu
tidak akan efektif tanpa adanya keteladanan yang baik dari setiap kader
dakwah di semua level sosial.
Allah swt menghadirkan sosok Nabi Ibrahim dan kaumnya dalam mengaktualkan nilai-nilai keimanan:
4.
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa
yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah
nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja.” QS. Al Mumtahanah
6.
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang
baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan
(keselamatan pada) hari kemudian. QS. Al Mumtahanah
Allah swt mencela orang yang banyak berbicara tapi tidak menjadi amalan nyata:
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. QS. Ash Shaff
44.
mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al Baqarah
Abu Utsman Al Hairi (seorang ulama zuhud) mengatakan:
فِعْلٌ مِنْ حَكِيْمٍ فِي ألْفِ رَجُلٍ أنْفَعُ مِنْ مَوْعِظَةِ ألْفِ رَجُلٍ فِي رَجُلٍ
”Satu contoh perbuatan dari seorang bijak untuk seribu orang lebih efektif dari pada nasehat seribu orang untuk satu orang”.
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Ada beberapa situasi yang kami perhatikan sangat membutuhkan keteladanan orang lain, yaitu:
- Ketika hendak mengamalkan teori yang telah ia pelajari,
Betapa
sulitnya mengerjakan shalat –meskipun telah mengetahuinya teorinya
dengan baik- jika tidak ada contoh teladan nyata. Inilah tabiat semua
ilmu amaliah, tidak cukup dengan kumpulan teori, tetapi lebih efektif
dengan contoh teladan. Dan kita telah sepakat untuk meyakini dan
mengatakan bahwa Islam adalah agama amal, tidak sekedar ilmu, dakwah ini
adalah amal, bukan sekedar materi. Imam Hasan Al-Banna memberikan salah
satu sub judul risalahnya:
هَلْ نَحْنُ قَوْمٌ عَمَلِيُّوْنَ ؟
Apakah kita kaum pengamal?
Betapa
banyak materi tarbiyah yang dahulu hanya ada di white board, sekarang
harus riil dalam kehidupan. Maka sangat dicari siapa yang bisa menjadi
teladan rasmul bayan itu dalam kehidupan.
- Ketika berada dalam kebimbangan
Ketika
seseorang berada dalam kebimbangan ilmu yang dimiliki, jalan yang
hendak di tempuh, sikap yang harus dilakukan, dst, sangat membutuhkan
keteladanan dari orang lain yang dipercaya. Teladan dari orang yang
dipercaya dapat merubah ilmu yang telah dimiliki sebelumnya. Alangkah
bahayanya jika ia mendapatkan contoh yang salah dari orang yang
dipercayainya.
- Ketika berada dalam tekanan dan situasi yang tidak menyenangkan
Dalam
situasi yang tidak menyenangkan seseorang sangat membutuhkan teman,
terutama teladan. Al-Qur’an banyak sekali menerangkan hal ini. Ketika
Rasulullah didustakan oleh kaumnya, Allah sampaikan bahwa para Rasul
terdahulu juga didustakan.Ketika
bersedih ditinggal wafat Khadijah dan Abu Thalib yang menjadi salah
satu benteng dakwah, Rasulullah bersedih, hingga tahun itu disebut ’amul huzni (tahun duka), Allah kisahkan Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya.
Ketika kaum muslimin menghadapi serangan tentara ahzab
(koalisi kafir-yahudi-musyrikin Arab), di musim dingin mencekam, stok
makanan menipis. Situasi yang disikapi oleh sebagian orang dengan
penyesalan ingin kembali ke padalaman Arab –tidak di Madinah-, situasi yang disesali dan dipertanyakan oleh kaum munafiq.
Ketegangan suasana itu justru menjadi penguat dan penambah iman bagi
para sahabat setelah menemukan keteladanan pada diri Rasulullah saw.
21.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
22.
dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu
itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
23.
di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang
gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka
tidak merobah (janjinya), QS. Al Ahzab
Dakwah hari ini adalah
aktualisasi materi tarbiyah di masa lalu, pengalaman baru, sering
berada di persimpangan, dan sering menjadi musuh bersama di medan juang..Wallahu a’lam.